MENU

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Konsep Museum Ghibli di Mitaka

April datang membawa musim yang lebih hangat. Di negara tropis seperti Indonesia kini sudah saatnya memasuki musim kemarau. Sedangkan di negara subtropis musim semi mulai datang dan kuncup bunga mulai bermunculan satu per satu. Cuaca mulai menghangat dan orang-orang mulai lebih sering beraktivitas di luar. Kegiatan apa yang kalian sukai jika kita sudah mulai bisa beraktivitas dengan lebih leluasa?

Kalau saya biasanya suka mengunjungi tempat baru atau mencoba sesuatu yang baru. Kadang saya juga suka berkunjung ke museum sesekali. Salah satu museum menarik yang pernah saya kunjungi yaitu Museum Ghibli di Mitaka, Jepang. Bagi penggemar film Ghibli, saya sangat menyarankan mampir ke sini bila ada kesempatan. Karena saya jamin kalian bisa merasakan dunia fantasi yang ada dalam film Ghibli secara langsung di sana.

Bukan Sekadar Museum

Daripada memakai konsep museum seperti pada umumnya, Museum Ghibli lebih memilih konsep seperti tempat rekreasi untuk para pengunjungnya. Mulai dari bus yang akan mengantar kalian ke museum, bus tersebut juga ‘didandani’ dengan tema Ghibli yang minimalis. Siapa tahu kalian bisa melihat satu dua Susuwatari di dalamnya. Begitu sampai di museum, kalian akan menemukan tempat penjualan tiket dengan Totoro sebagai stafnya. Ya, belum masuk saja kalian sudah bertemu dengan salah satu karakter di film Ghibli. Menarik bukan.

Totoro sebagai penjual tiket

Bangunan museum sendiri tidak besar tetapi gaya arsitekturnya sangat unik dan mempunyai ciri khas bangunan ala dunia fantasi Ghibli. Dan begitu masuk, kalian akan terpana dengan interiornya. Memfoto bagian dalam Museum dan Cafe tidak diperbolehkan jadi saya tidak bisa menunjukkannya. Tetapi kalian bisa melihat satu dua foto interiornya di website resmi Museum Ghibli. Yang pasti saya ingat anak-anak terlihat sangat suka bermain di dalam museum tersebut, mereka tertawa dan berlari ke sana kemari. Karena memang tujuan utama museum tersebut untuk membuat pengunjung berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Berasa seperti di dunia Nausicaa of the Valley of the Wind

Selain interiornya yang antik, tentu saja museum tidak lengkap tanpa pajangan karya seni. Ada banyak jenis animasi yang bisa kalian lihat. Salah satunya sebuah mesin zoetrope besar yang bila dimainkan akan berputar dan gambarnya terlihat bergerak. Jadi tidak hanya kalian bisa mengetahui tentang berbagai macam tipe animasi tradisional, tetapi kalian juga bisa menikmati keindahan tiap jenis animasi tersebut.

Ada berbagai tangga yang bisa kalian naiki, salah satu tangga yang menarik bagi saya adalah tangga spiralnya. Walaupun kecil, tapi sangat menyenangkan saat menaikinya. Di lantai atas, ada beberapa ruangan seperti ruang baca di mana kalian membaca buku-buku rekomedasi saat itu, ikut menaiki cat bus dari film Totoro (khusus anak berumur sampai 12 tahun), dan melihat pameran sketsa animasi di ruangan yang seperti sebuah studio animasi kecil. Tidak hanya itu, ada kejutan yang menunggu kalian di atap museum. Kalian akan bertemu sebuah robot raksasa dari film Castle in the Sky dalam ukuran nyata seperti di animasinya.

Sekali Saja Tidak Cukup

Tiket Reservasi Bisa Ditukar dengan Tiket untuk Masuk Mini Cinema

Ya, mengunjungi Museum Ghibli tidak cukup hanya sekali karena bersamaan dengan tiket masuk, kalian juga akan menerima tiket untuk menonton animasi pendek di mini cinemanya. Sampai sekarang saya masih menyimpan tiket tersebut dan menggunakannya sebagai pembatas buku. Animasi yang khusus ditampilkan di museum ini jadwalnya berganti setiap bulannya. Jika ingin tahu lebih lengkap tentang jadwalnya, kalian bisa melihatnya di website. Film yang ditampilkan saat saya berjunjung adalah “Koro’s Big Day Out”.

Di ruang baca Museum Ghibli, mereka juga mengeluarkan majalah tentang buku rekomendasi tiap bulannya. Sehingga kalian bisa membacanya bila berkunjung lagi. Membaca buku memang salah satu cara yang menyenangkan untuk berlama-lama di satu tempat.

Menu Makanan yang Spesial

Es Krim Rasa Cabai

Terakhir jangan lupa untuk mencoba makanan di Cafe Museum Ghibli. Di sini kalian bisa mencoba berbagai macam menu orisinal, mulai dari main dish hingga dessert. Karena cafenya tidak terlalu besar, ada kemungkinan kalian harus mengantri. Tetapi saya sarankan untuk mencobanya karena mereka menggunakan bahan makanan yang organik dan dimasak dengan oven tradisional. Mereka juga menghidangkan seasonal menu yang kalian bisa cicipi sesuai musimnya.

Ada juga stand yang menjual es krim di luar Cafe. Karena mengantri untuk masuk Cafe lumayan memakan waktu, kami memutuskan untuk membeli es krim sebagai cemilan. Berhubung saya suka mencoba rasa yang unik, saya memilih es krim rasa cabainya. Kelihatannya menggiurkan dengan warna orange dan bintik merah dari serbuk cabe. Begitu dimakan, tidak mengejutkan kalau rasanya pedas walaupun terasa dingin (lidah saya kebingungan memakannya). Bagi yang tidak suka pedas, tenang saja karena mereka juga menyajikan rasa es krim yang normal.

Perbandingan dengan Museum Lokal

Memang Museum Ghibli tidak sepenuhnya bisa dibandingkan dengan museum lain yang banyak menyimpan barang bersejarah yang tidak ternilai harganya. Tetapi menurut saya museum lokal bisa mengadaptasi satu dua hal dari apa yang diterapkan oleh Museum Ghibli ini. Misalnya seperti menawarkan event atau kegiatan yang dapat dinikmati secara musiman. Karena tidak jarang museum dipandang sebagai tempat yang membosankan jadi menambahkan sesuatu yang interaktif dapat membuat pegunjung lebih tertarik dan nyaman.

Cheers

Radifa

Leave a Comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *